Tradisi Bersih Desa, Desa Botoputih Suguhkan Langeng Tayub dan Sayang Kulit

LintasNusantara
0


Trenggalek -Lintasnusantara, Com-Masyarakat Desa Botoputih, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek kembali menggelar tradisi tahunan Bersih Desa dengan penuh antusias dan nuansa budaya yang kental. Acara yang menjadi agenda rutin setiap tahun ini berlangsung semarak dengan pementasan seni Langen Tayub dan Wayang Kulit, sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya Jawa.Kamis 22/5/2025

Rangkaian acara dimulai sejak pagi hari dengan kegiatan semakan Al-Qur’an, sebagai bentuk syukur atas berkah yang telah diterima masyarakat. Puncaknya, pada malam hari digelar pertunjukan Langen Tayub di halaman rumah Sekretaris Desa Botoputih, Budi Utomo, S.Sos, yang berlokasi di Dusun Krayak.

Menariknya, tarian pembuka beksan tayub dibawakan langsung oleh seluruh perangkat desa, RT dan RW, yang menambah semarak acara sekaligus menunjukkan kekompakan warga dan perangkat desa dalam melestarikan budaya lokal.

Penjabat (Pj) Kepala Desa Botoputih, Sayuti, S.Sos, hadir bersama jajaran perangkat desa, anggota BPD, LPM, tokoh masyarakat, Babinkamtibmas, Babinsa, serta tamu kehormatan dari Paguyuban Sor Tetopan Ponorogo. Kehadiran mereka menjadi bentuk dukungan atas pelestarian budaya yang terus dijaga di Desa Botoputih.

“Bersih Desa bukan sekadar tradisi, tapi juga sarana untuk memohon keselamatan, kesehatan, dan kelancaran rezeki bagi seluruh warga. Kami bersyukur masyarakat menyambut kegiatan ini dengan semangat yang luar biasa,” ujar Sekdes Budi Utomo.

Kegiatan akan berlanjut pada hari Sabtu dengan pertunjukan wayang kulit yang digelar di halaman Balai Desa Botoputih. Pertunjukan ini diharapkan menjadi sarana edukasi dan hiburan yang memperkuat nilai-nilai budaya bagi generasi muda.

Pj Kades Sayuti menambahkan, “Kami sangat mengapresiasi semangat warga dalam nguri-uri kabudayan Jawi. Tradisi seperti ini harus terus dilestarikan agar tidak hilang ditelan zaman.”

Tradisi Bersih Desa di Botoputih bukan hanya menjadi agenda budaya tahunan, tapi juga menjadi perekat sosial dan simbol spiritual masyarakat desa yang tetap menjaga warisan leluhur dengan rasa bangga(yunus) 

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

Terkini