Tulungagung, Medialintasnusantara.com - Pemerintah Kabupaten Tulungagung menyelenggarakan Tulungagung Coffee Fest (Festival Kopi Tulungagung) pertama, yang berlangsung dari Jumat (29/11/2024) malam hingga Minggu (1/12/2024) malam. Festival ini bertujuan untuk memperkenalkan kualitas kopi asli Tulungagung yang selama ini kurang dikenal luas serta untuk mendorong terbentuknya sebuah merek kopi khas daerah.
Pj Bupati Tulungagung, Heru Suseno, memberikan apresiasi atas terselenggaranya festival ini. Menurutnya, perkopian telah menjadi bagian dari budaya Tulungagung sejak lama, salah satunya dengan adanya Cethe, sebuah tradisi minum kopi yang kini juga berkembang menjadi karya seni, seperti lukisan. Produk kopi utama Tulungagung, yakni jenis arabika dan robusta, sebagian besar diproduksi di Kecamatan Sendang dan Pagerwojo. Namun, produksi kopi tersebut belum maksimal.
“Festival ini diharapkan bisa mendorong peningkatan produksi kopi di kalangan petani, yang saat ini tidak perlu khawatir karena ada pasar yang siap menyerap produk dengan brand kopi Tulungagung,” ujar Heru.
Ia juga mengungkapkan bahwa dalam dua tahun terakhir, harga kopi mengalami kenaikan yang signifikan, seiring dengan berkurangnya produksi kopi dunia. Meski demikian, ia mengakui bahwa brand kopi khas Tulungagung masih belum dikenal secara luas. Oleh karena itu, Tulungagung perlu belajar dari daerah-daerah yang sudah lebih dulu memiliki produk kopi yang terkenal, seperti Dampit di Malang, Ijen di Bondowoso, serta kopi Kapiten di Pasuruan. “Kami ingin mulai memperkenalkan kopi mana yang paling nikmat dari Tulungagung,” tambahnya.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Tulungagung, Slamet Sunarto, menyatakan bahwa festival ini terwujud berkat antusiasme pelaku usaha kopi lokal. Sebanyak 26 tenant kopi lokal Tulungagung turut serta dalam acara ini, dengan tekad yang sama untuk mempopulerkan kopi Tulungagung. "Konsep festival ini adalah menciptakan branding untuk kopi Tulungagung. Semua pihak harus memiliki persepsi yang seragam mengenai hal ini," jelas Slamet.
Festival ini juga menjadi momentum lahirnya Asosiasi Kopi Tulungagung, yang bertujuan untuk mempromosikan kopi Tulungagung, termasuk memasok kopi ke instansi pemerintahan dan DPRD. Diharapkan, setiap tamu yang datang ke kantor pemerintahan dapat disuguhi kopi terbaik dari Tulungagung. “Saat ini, produk robusta Tulungagung yang paling siap untuk dipasarkan,” kata Slamet.
Selain itu, festival ini juga dimeriahkan dengan berbagai lomba, seperti lomba manual brew dan latte art, yang diikuti oleh peserta dari berbagai daerah, termasuk Tangerang, Surabaya, Madiun, Mojokerto, dan lainnya. Tercatat ada 29 peserta lomba manual brew dan 34 peserta lomba latte art, menunjukkan tingginya minat terhadap dunia perkopian di Tulungagung. (Fajar)